(PSIKOLOGI PELAYANAN)
Hai teman-teman, kembali lagi di chanel blog kita "Jalan-Jalan Dong". Nah disini kita akan jalan-jalan wisata kuliner. Tapi sebelumnya, kita harus tau dulu nih apa sih pengertian dari pariwisata? Dan apa sih wisata kuliner itu?
Kali ini, kita juga sudah observasi di salah satu kafe yang ada di Jakarta. Bagaimana sih kondisi dari pelayanan dari kafe tersebut? Dan kafe ini juga merupakan salah satu kafe yang instagramable banget lohh yang banyak dikunjungi oleh para remaja, anak-anak, hingga dewasa.
Oke, lets go cek it outttt!
Nah, pariwisata merupakan sektor ekonomi penting di Indonesia. Pada tahun 2009, pariwisata menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan devisa sesudah komoditi migas dan minyak kelapa sawit. Berdasarkan data tahun 2016, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia sebesar 12.023.971 atau tumbuh sebesar 15,54% dibandingkan tahun sebelumnya. Perkembangan pariwisata sudah sedemikian pesat dan terjadi suatu fenomena yang sangat global dengan melibatkan jutaan manusia, baik kalangan masyarakat, industri pariwisata maupun kalangan pemerintah dengan biaya yang tidak sedikit. Masyarakat maupun kalangan industri dan pengusaha pariwisata, keduanya mau tidak mau harus bergandengan tangan dalam menciptakaan kondisi yang baik dalam perkembangan industri pariwisata secara nasional.
Itulah hasil dari observasi cafe X yang sudah kami lakukan. Terimakasih sudah mampir di blog kami "Jalan-Jalan Dong".
Jangan bosan-bosan untuk baca postingan kami yaa dan nantikan postingan kami selanjutnyaaaaa....
WISATA KULINER YUKKKK
Hai teman-teman, kembali lagi di chanel blog kita "Jalan-Jalan Dong". Nah disini kita akan jalan-jalan wisata kuliner. Tapi sebelumnya, kita harus tau dulu nih apa sih pengertian dari pariwisata? Dan apa sih wisata kuliner itu?
Kali ini, kita juga sudah observasi di salah satu kafe yang ada di Jakarta. Bagaimana sih kondisi dari pelayanan dari kafe tersebut? Dan kafe ini juga merupakan salah satu kafe yang instagramable banget lohh yang banyak dikunjungi oleh para remaja, anak-anak, hingga dewasa.
Oke, lets go cek it outttt!
Nah, pariwisata merupakan sektor ekonomi penting di Indonesia. Pada tahun 2009, pariwisata menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan devisa sesudah komoditi migas dan minyak kelapa sawit. Berdasarkan data tahun 2016, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia sebesar 12.023.971 atau tumbuh sebesar 15,54% dibandingkan tahun sebelumnya. Perkembangan pariwisata sudah sedemikian pesat dan terjadi suatu fenomena yang sangat global dengan melibatkan jutaan manusia, baik kalangan masyarakat, industri pariwisata maupun kalangan pemerintah dengan biaya yang tidak sedikit. Masyarakat maupun kalangan industri dan pengusaha pariwisata, keduanya mau tidak mau harus bergandengan tangan dalam menciptakaan kondisi yang baik dalam perkembangan industri pariwisata secara nasional.
Banyak
sekali jenis wisata yang ada di Indonesia, salah satunya yaitu wisata
kulinernya. Di era digital seperti sekarang ini, banyak sekali bermunculan
rumah makan maupun cafe agar menarik wisatawan datang. Tidak hanya untuk
menarik wisatawan datang, namun pada era globalisasi ini persaingan bisnis
menjadi sangat tajam baik di pasar domestik maupun pasar internasional global. Wisata kuliner adalah
suatu perjalanan yang di dalamnya meliputi kegiatan mengonsumsi makanan lokal
dari suatu daerah; perjalanan dengan tujuan utamanya adalah menikmati makanan
dan minuman dan atau mengunjungi suatu kegiatan kuliner, seperti sekolah
memasak, mengunjungi pusat industri makanan dan minuman; serta untuk
mendapatkan pengalaman yang berbeda ketika mengonsumsi makanan dan minuman.
Arti lain yang lebih mudah
dipahami tentang Wisata Kuliner yaitu gabungan menikmati sebuah makanan sambil
menikmati suasana jalan-jalan, bersantai alias sedang berlibur, jadi
mekegunaaankan waktu ke tempat-tempat yang menyediakan makanan khas. Dengan
kata lain istilah kuliner bisa diuraikan dengan cara leluasa tanpa menghapus
makna gabungan antara berwisata sambil mencari makanan khas.
Sejak
berkumpul dengan keluarga, kerabat maupun rekan kerja menjadi sebuah kebutuhan,
restoran dan cafe harus lebih peka untuk melihat kebutuhan tersebut agar dapat
memenuhi kebutuhan konsumen sesuai dengan harapan konsumen karena beda konsumen
maka akan berbeda harapan mereka mengenai sebuah kualitas jasa. Harapan
pelanggan terhadap kualitas jasa berbeda-beda dan ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi harapan pelanggan terhadap suatu jasa yaitu kebutuhan pribadi, dan
pengalaman masa lalu karena sering terjadi kesenjangan antara jasa yang
dipersepsikan dengan jasa yang diharapkan.
(http://www.pengertianku.net/2017/04/pengertian-pariwisata-dan-jenis-jenisnya.html)
(http://www.pengertianku.net/2017/04/pengertian-pariwisata-dan-jenis-jenisnya.html)
Menurut
Irawan (2005:58) ada 5 dimensi kualitas pelayanan yaitu : Tangible (Bukti
Fisik), Reliability (Kehandalan), Responsiveness (Tanggapan), Assurance
(Jaminan), Empathy (Empati). 5 dimensi tersebut akan menimbulkan persepsi
mengenai kualitas jasa pada suatu perusahaan. Kualitas pelayanan seperti yang
dirasakan oleh para konsumen, berasal dari suatu perbandingan antara apa yang
ditawarkan oleh suatu perusahaan pelayanan yaitu harapan dan dengan persepsi
mereka tentang kinerja pemberi jasa.
Untuk
melakukan evaluasi tersebut, Zeithaml, Bitner dan Gremler (2009, p.111)
mengungkapkan ada lima faktor dominan atau penentu kualitas jasa yaitu:
- Reliability (keandalan) yaitu kemampuan untuk memberikan jasa yang dijanjikan dengan handal dan akurat. Jika dilihat dalam bidang usaha jasa restoran, maka sebuah layanan yang handal adalah ketika seorang karyawan mampu memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan dan membantu penyelesaian masalah yang dihadapi konsumen dengan cepat.
- Responsiveness (cepat tanggap) yaitu kemauan untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat. Jika dilihat lebih mendalam pada layanan yang cepat tanggap di sebuah restoran, bisa dilihat dari kemampuan karyawan yang cepat memberikan pelayanan kepada pelanggan dan cepat menangani keluhan mereka.
- Assurance (jaminan) yaitu pengetahuan, sopan santun, dan kemampuan karyawan untuk menimbulkan keyakinan dan kepercayaan. Dalam sebuah jasa restoran kepastian menjadi hal yang penting untuk dapat diberikan kepada konsumennya, seperti jaminan keamanan dan keselamatan dalam bertransaksi dan kerahasiaan konsumen yang terjamin.
- Empathy (empati) yaitu kepedulian dan perhatian secara pribadi yang diberikan kepada pelanggan. Layanan yang diberikan oleh para karyawan harus dapat menunjukkan kepedulian mereka kepada konsumen.
- Tangible (berwujud) yaitu berupa penampilan fasilitas fisik, peralatan, pegawai, dan material yang dipasang. Menggambarkan wujud secara fisik dan layanan yang akan diterima oleh konsumen. Contohnya seperti keadaan gedung, fasilitas restoran, desain restoran, dan kerapian penampilan karyawan.
- Gaps AnalysisGap yang dimaksud adalah terjadinya kesenjangan. Gap yang terjadi di perusahaan harus diukur, dengan demikian perusahaan mampu meningkatkan kualitas produk dan layanannya. Semakin kecil gap yang terjadi, berarti sistem layanan dan produk perusahaan tersebut memiliki kualitas yang tinggi, serta kemungkinan besar mampu memuaskan konsumennya. Service Quality Gap adalah urutan langkah- langkah yang harus diikuti dalam desain proses pelayanan yang baru. Kesenjangan- kesenjangan dalam proses ini akan dijelaskan sebagai berikut (Fitzsimmons, 2011) :
1. Gap 1: Gap antara ekspektasi konsumen dengan persepsi manajemen (knowledge gap). Terjadinya gap ini disebabkan kesalahan dari pihak manajemen dalam mendefinisikan kebutuhan dari pelanggannya. Pihak manajemen perusahaan tidak selalu dapat memahami harapan pelanggan secara akurat.
2. Gap 2 : Mengenai perbedaan antara standar kualitas layanan yang ditetapkan dengan persepsi manajemen (standards gap). Dalam situasi-situasi tertentu, manajemen mungkin mampu memahami secara tepat apa yang diinginkan pelanggan, namun mereka tidak menyusun standar kinerja yang jelas.
3. Gap 3 : Kesenjangan dalam penyampaian pelayanan ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, beberapa diantaranya adalah kurangnya kerjasama tim, pemilihan atau seleksi karyawan yang buruk, pelatihan yang kurang memadai, dan desain pekerjaan yang tidak sesuai. Harapan pelanggan terhadap pelayanan yang akan diterimanya dibentuk oleh media iklan dan berbagai media komunikasi yang berasal dari perusahaan.
4. Gap 4 : Perbedaan antara pelayanan yang disampaikan dan komunikasi eksternal berupa janji-janji yang berlebihan dan kurang tersedianya informasi bagi calon pelanggan akan menimbulkan kesenjangan ini. Perusahaan dinilai perlu untuk menyesuaikan informasi yang diberikan kepada calon pembeli dengan bukti pelayanan yang sesungguhnya diberikan.
5. Gap 5: Mengenai kesenjangan antara jasa yang dipersepsikan dan jasa yang diharapkan. Gap kelima berkaitan dengan perspektif pelanggan terhadap lima dimensi kualitas jasa yakni reliabilitas, daya tanggap, jaminan, empati, dan bukti fisik.
(http://pena.gunadarma.ac.id/teknik-analisis-masalah-gap-analysis-dan-swot-analysis/)
Hasil Observasi dan Pembahasan Pada Cafe- XBerdasarkan pada kebutuhan pelanggan, yang diklasifikasikan ke dalam lima dimensi SERVQUAL yaitu tangible, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy serta nilai GAP yang telah ditentukan.- DimensiIndikatorRealitaEkspektasiGAPTangible1. Fasilitas Internet/Wifi tersedia dengan baik4.03.01.02. Adanya tempat parkir yang luas2.03.0-1.03. Bersihnya ruangan café4.03.50.54. Tersedianya menu lengkap yang ada di café4.05.0-1.05. Tersedianya peralatan makan yang lengkap5.04.01.06. Jumlah meja makan yang memadai3.54.5-1.07. Kebersihan dan kerapian pada penampilan karyawan4.03.01.08. Tersedianya tempat ibadah (musholah) dan terdapat fasilitas pendukung yang lengkap2.05.0-3.09. Jumlah kasir yang melayani dapat memadai jumlah pelanggan (saat ramai)4.03.50.510. Desain restoran yang sangat kekinian dan instagramable5.03.51.511. Keadaan gedung restoran yang kokoh5.04.01.012. Keberadaan jumlah toilet telah memadai4.03.01.013. Penampilan hidangan makanan dan minuman4.03.50.5Reliability14. Kemampuan kasir untuk menghitung dengan teliti5.04.01.015. Ketepatan menu yang disajikan dengan pesanan4.05.0-1.016. Tersedianya pembayaran melalui debit atau kredit5.02.03.017. Kesesuaian gambar produk yang terdapat di menu dengan yang didapatkan3.05.0-2.018. Kualitas rasa menu yang ditawarkan
4.03.01.0Responsiveness19. Pelayan langsung mengarahkan pelanggan ke tempat duduk5.02.52.520. Cepat memberikam pelayanan kepada konsumen dan cepat menangani keluhan mereka.4.03.50.521. Kecepatan pelayanan oleh kasir, terutama jika pelanggan terlalu banyak (kemudahan dalam proses billing)4.03.01.022. Kejelasan karyawan dalam menyampaikan menu yang tersedia di cafe4.03.01.023. Kesabaran dan ketelatenan karyawan dalam melayani konsumen4.03.01.0Assurance (Jaminan)24. Pelayan menguasai informasi produk menu5.04.01.025. Pelayan dapat menjelaskan produk menu dengan meyakinkan saat ditanya pelanggan5.04.01.026. Pelayan memberikan informasi secara akurat mengenai produk5.04.01.027. Kenyamanan dan keamanan yang dapat ditonjolkan3.05.0-2.028. Tidak ada kekeliruan pada saat proses pembayaran4.03.01.029. Kelezatan menu yang disajikan3.04.0-1.030. Karyawan bersikap sopan dan ramah kepada konsumen3.04.5-1.5Empathy31. Karyawan memberikan daftar menu tanpa diminta3.04.5-1.532. Karyawan mendengarkan dan menerima keluhan konsumen5.04.01.033. Komunikasi yang baik antara karyawan dengan pelanggan dalam melayani5.04.01.0
Tabel diatas
menunjukkan bahwa semua indikator dari dimensi kualitas pelayanan mempunyai
nilai yang beragam. Ada yang bernilai positif, dan ada pula yang bernilai negatif.
Tabel diatas juga menunjukkan bahwa dimensi Tangible, nilai gap yang tertinggi
yaitu pada desain restoran yang sangat kekinian dan
instagramable. Sedangkan nilai gap yang terendah yaitu pada tersedianya tempat
ibadah (musholah) dan terdapat fasilitas pendukung yang lengkap.
Pada dimensi reliability, nilai gap yang tertinggi
adalah tersedianya pembayaran melalui debit dan kredit. Sedangkan nilai gap
yang terendah yaitu pada indikator kesesuaian gambar produk yang terdapat di
menu dengan yang didapatkan.
Dimensi Responsiveness, nilai gap yang tertinggi
yaitu pada pelayan langsung mengarahkan pelanggan ke tempat duduk. Sedangkan
indikator nilai gap yang paling terendah yaitu pihak kafe yang cepat memberikam
pelayanan kepada konsumen dan cepat menangani keluhan mereka.
Terdapat dimensi kualitas pelayanan Assurance
(Tanggapan), ada beberapa indikator yang mendapatkan hasil nilai gap yang sama
diantaranya ialah pelayan menguasai informasi soal produk menu, pelayan dapat
menjelaskan produk menu dengan meyakinkan saat ditanya pelanggan, dan tidak ada
kekeliruan saat proses pembayaran. Dengan hasil nilai gap yaitu 1,0. Sedangkan
nilai gap terendahnya terdapat pada indikator kenyamanan dan keamanan yang
dapat ditonjolkan.
Pada dimensi kualitas pelayanan Empathy, nilai gap tertinggi
terdapat pada dua indikator yaitu karyawan mendengarkan dan menerima keluhan
konsumen, dan komunikasi yang baik antara karyawan dengan pelanggan dalam
melayani. Sedangkan nilai gap yang terendah, pada indikator karyawan memberikan
daftar menu tanpa diminta yaitu -1.5.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa dimensi
kualitas layanan tangible, reliability dan empathy memiliki pengaruh signifikan
dalam pembentukan kepuasan pelanggan. Semua indikator dimensi service quality
mempunyai nilai gap positif dan negatif, hal ini berarti kepuasan yang
dirasakan oleh responden atau konsumen, ada yang bernilai baik dan ada pula
yang bernilai kurang baik daripada keinginan mereka terhadap service quality
yang diberikan oleh kafe X tersebut.
Itulah hasil dari observasi cafe X yang sudah kami lakukan. Terimakasih sudah mampir di blog kami "Jalan-Jalan Dong".
Jangan bosan-bosan untuk baca postingan kami yaa dan nantikan postingan kami selanjutnyaaaaa....
Komentar
Posting Komentar